Penulis: Devi Nopita Sari 2006015237
Telah
kita sadari keadaan televisi di sekitar kita seperti terasa asing, namun tetap
ada. Banyak dari sekian masyarakat yang sudah mulai jaran menggunakan media
televisi baik per film-an maupun pemberitaan terutama para millenial. Kini
masyarakat berangsur-angsur beralih pada penggunaan internet dan gadget dalam
guna membantu keseharian.
Masyarakat
Gen Z mengaku kini sudah tidak pernah membaca berita melalui televisi tetapi
justru memilih handphone sebagai sarana utama-nya. Mereka memilih media social
sebagai sarana informasi tercepat dan jauh lebih mudah (flexible) dapat
diguanakan kapan-pun dan dimana-pun. Hal
inilah yang dapat disebut dengan mediamorfosis televisi berita.
Mediamorfosis
merupakan transformasi media komunikasi (perubahan media komunikasi) yang
biasanya timbul akibat hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai
kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai
inovasi dan teknologi. Kini bahkan telah terjadinya migrasi siaran televisi
analog menjadi digital yang merupakan suatu momen dimana terjadinya percepatan
transformasi digital di Indonesia. Hal ini juga menjadi acuan zaman bahwa
masyarakat harus dapat beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan besar yang
telah terjadi.
Adapun
3 tahapan dalam transformasi yang terjadi pada pemberitaan televisi, yaitu:
1. Koevolusi
Muncul
dan berkembangnya setiap bentuk baru (teknologi komunikasi) hingga tingkat yang
beraneka ragam mempengaruhi bentuk lain yang ada. Dalam bagian koevolusi ini
televisi akan menyesuaikan diri atau beradaptasi seiring dengan munculnya
perkembangan teknologi komunikasi yang beru. Pada masa awal televisi berita
hanyalah berwujud televisi berita tradisional atau konvensional. Kemudian mereka
memenfaatkan platform baru dengan konten sentuhan yang lebih baru.
Bentuk baru dalam melakukan proses editing visual menggunakan software khusus.
2. Konvergensi
Merupakan
penggabungan, persilangan, perkawinan atau mengintegrasikam dua bentuk
komunikasi atau lebih, menghasilkan transformasi dan penciptaan entitas baru.
3. Kompleksitas.
Pada tahan konvergensi ini merupakan bagian dari proses mediamorfosis yaitu
adanya proses penggabungan, persilangan, perkawinan atau media campuran sebagai
medium yang mengintegrasikan dua bentuk komunikasi atau lebih.
Merupakan
suasana di sekeliling sata mediamorfosis akan tampak chaos (dapat berupa
penolakan atau kebingungan) akibat dari adanya penemuan-penemuan baru yang
diperkenalkan. Setelah berevolusi, konvergensi, maka televisi konvensional atau
media konvensional akan menghadapi kompleksitas atau persoalan yang sangat
rumit akibat dari penggunaan atau pencampuran dengan new media. Hasil
dari media morfosis kompleksitas ini semakin menjuju medium atau platform
baru maka semakin luas juga bentuk komplekstikasnya, baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.
Dalam
bukunya yang berjudul Convergence Culture, Jenskin mengatakan bahwa,
“Konvergensi mengubah hubungan antara teknologi yang sudah ada, industru,
pasar, genre, dan penonton (2006: 15). Ia juga mengatakan dimana media lama dan
media baru bertabrakan, dimana media akar rumput dan media perusahaan
bersinggungan, dimana kekuatan produsen media dan kekuatan konsumen media
berinteraksi dengan cara-cara tak terduga.
Televisi
di era digital ini mengalami tantangan-tantangan kedepannya baik dari internal
yaitu seperti perbedaan pemahaman tentang situasi dan kondisi yang dihadapi,
belum munsul inovasi system yang luas serta penyesuaian terhadap situasi dan
kondisi masih berskala kecil dan dibagian pinggir. Dalam eksternal tantangan
tersebut dapat berupa adanya penetrasi internet yang cepat, televisi
konvensional bersaing sesamanya dan bertarung dengan new media, serta perlu
peraturan yang mengatur ekosistem meida konvensional dan new media.
“Televisi
konvensional akan tetap ada setidaknya 5-10 tahun kedepan, Tetapi mungkin tidak
lagi menjadi “pemain utama” di dalam ekosistem teknologi media komunikasi.
Televisi konvensional mungkin akan menjadi second screen bagi masyarakat di
tengah aneka pilihan medium dan jutaan konten. Kondisi ini menguatkan peran
media konvensional sebagai lembaga konfirmasi”. “Saat tren berubah, user
behavior berubah, itu akan berdampak pada banyak hal, termasuk media dan konten
itu sendiri, karena itu digital adalah masa depan. Tantangannya ada Old
Management” ujar Taufan Hariyadi (Jurnalis Televisi, Pengajar Produksi Media
Online Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka).
%20(1).png)
0 Komentar