PERUBAHAN ADANYA MEDIA BARU

 Penulis : Ahmad Fadlan Azizi



 

Tak viral maka Tak Sampai, kira kira begitulah ungkapan yang cocok digunakan di era kehadiran Media baru atau New Media. Banyak pemberitaan yang baru dapat tersampaikan ketika viral saja. Padahal, penyajian berita oleh industri Media berlangsung secara masif terus-terusan.

Adanya Media baru atau new Media dalam Media massa menggusur industri Media konvensional. Para pelaku industri Media diharuskan melakukan kegiatannya melalui Media baru atau secara online. Hal ini juga mengharuskan para pelaku Media membuat beberapa konten yang menarik agar viral dan sampai ke masyarakat.

Adanya new Media ini membentuk suatu konvergensi media massa, yakni integrasi media lewat digitalisasi yang dilakukan oleh industri Media. Selain itu, para pelaku industri Media diharuskan menghasilkan serta menerbitkan berbagai konten media melalui alat dan infrastruktur teknologi, untuk dimanfaatkan oleh audiensi yang beragam.Hal ini sangat jelas menggusur paksa industri Media secara konvensional yang telah berlangsung muncul dan ada terlebih dahulu.

Penggunaan Media massa secara online memiliki berbagai dampak perubahan secara budaya dalam masyarakat. Dengan adanya new Media ini masyarakat semakin jauh dalam tingkat literasi seperti membaca koren, buku dan majalah. Selain itu masyarakat juga kerap hanya memperdulikan problem problem viral saja.

Tak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini, secara garis besar memang telah mengubah perilaku interaksi antar individu. Terlebih dengan kehadiran media baru berupa internet yang dapat dikatakan telah berhasil membentuk sebuah ruang digital baru, telah berhasil pula menciptakan sebuah tatanan kultur baru bagi masyarakat dunia.

 


 

 

Seperti yang dilansir dari Republika, Mantan Pemimpin Redaksi Metro TV itu memberi gambaran yang tepat, tentang bagaimana kehadiran platform digital, begitu cepat merusak media konvensional dari sisi bisnis. Platform digital dalam pengertian ini, adalah mesin pencari seperti Google, Bing dan Baido, hingga media sosial Youtube, Instagram dan Facebook.

Don Bosco menyebutkan bahwa produk berita yang diproduksi perusahaan media berada di dalam platform digital, tetapi perusahaan media tidak mendapatkan keuntungan dari produk yang mereka buat. Perusahaan media membutuhkan biaya untuk memproduksi berita, tetapi platform digital-lah yang saat ini menerima pendapatan dari sirkulasinya.

Kehadiran Media baru mengharuskan pembuatan konten konten yang terkadang justru keluar dari norma norma kebijakan yang berlaku, contohnya masyarakat kini banyak membuat konten yang terkesan bodoh hanya demi popularitas semata dan menjadi terkenal.

Mengutip dari hasil penelitain yang dilakukan oleh We Are Social, dikatakan bahwa sebanyak 61,8 % jumlah populasi di Indonesia (sekitar 170 juta orang) adalah pengguna aktif sosial media. Hal ini secara mutlak dapat menguatkan argumen bahwa New Media membawa dampak yang sangat cukup signifikan untuk membentuk budaya populer yang baru. itulah alasan mengapa fenomena artis dadakan atau berita yang ditanggapi hanya yang menggunakan embel-embel viral ini tumbuh di dunia hiburan tanah air. Bahkan banyak generasi muda yang bercita-cita untuk menjadi "Viral" dengan kekuatan sosial media.

Kekuatan new media memang di satu sisi sangat menggiurkan. Hanya bermodal internet, banyak keuntungan bahkan popularitas yang dapat kita raih. Sayangnya, new media tidak memberi batasan untuk menghargai budaya lokal. Disinilah kita dituntut untuk berperan aktif dalam menyaring segala bentuk budaya baru tersebut agar tetap sesuai dengan adat yang dianut masyarakat Indonesia.


Posting Komentar

0 Komentar