Media Baru Siap Menggeser Media Lama? Simak Ulasan Berikut

Selasa, 30 Mei 2023
Penulis: Devi Nopita Sari 2006015237


 Kita pasti pernah mendengar istilah peradaban manusia, yang dimana adanya kebangkitan dan perkembangan teknologi dalam masyarakat.

Sama hal nya dalam ekosistem media konvensional di masa yang akan datang berada di lingkup atau ekosistem media baru atau sering disebut online. Sebuah teknologi digital baru telah muncul seperti bertemunya video dan data yang membawa sekeranjang baru teknologi komunikasi digital, multimedia, dan interaktif. Industry media telekomunikasi, dan teknologi informasi di dunia sedang mengalami periode perubahan yang luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Masyarakat mungkin saja akan mengenal media konvensional dari media konvensional itu sendiri melainkan mengetahui dari media online terlebih dulu. Seperti yang dikatakan dalam teori Charles Darwin “Setiap media juga mengalami perubahan, dari old media ke new media” perubahan itu niscaya pasti akan terjadi.  

Teknologi selalu memiliki predatornya, yang muncul akibat buah dari kemampuan akal manusia yang menciptakan dan mengembangkan teknologi. Teknologi baru yang muncul akan menyempurkan teknologi yang lama. Maka dari hal tersebut banyak hal yang akan terpengaruh dan berubah termasuk cara masyarakat mengkonsumsi media atau informasi.

Di setiap siklus perubahan karena adanya teknologi baru maka berdampak pada cepatnya sebuah “peradaban” yang siap digeser oleh perubahan berikutnya. Dalam teori media sebuah pemberitaan dapat mempengaruhi adanya perubahan social. Media bukan hanya media massa, perangkatnya membentuk budaya baru: dari yang biasanya membutuhkan manusia disuatu ruangan dalam penerbitan berita tetapi sekarang dalam media online manusia dapat melakukan aktivitas lainnnya.

Dalam old media “content is the king, but they ignore what medium or what chanel did audience chossed?” jika konten produksi old media sudah bagus, maka persoalannya ada di deliverynya, bahkan mediumnya. Apakah mediumnya sudah menarik bagi khalayak? Jika belum menarik bagaimana kahalayak akan mengakses konten yang menarik itu. Hal inilah yang harus dipikirkan oleh redaksi televisi berita demi apa yang ditonton oleh masyarakat. Dasar pemikirannya adalah apa yang sesungguhnya masyarakat inginkan, media apa yang mereka pilih dan ada sesuatu apa yang membuatnya "terlibat".

Content is the king, medium juga penting, but audience is everything. Hal ini perlu diingat bahwa, media menghasilkan budaya dan melahirkan perubahan sosial. Suka atau tidak suka, faktanya saat ini kita hidup di era di mana setiap orang adalah perusahaan media. Siapapun bisa membuat konten, siapapun bisa membuat berita, siapapun bisa menjadi jurnalis bagi dirnya sendiri, redaktur bagi kontennya Siapapun bisa menjalani tugas-tugas jurnalistik, menulis berita, lalu menyiarkannya sendiri.

Bagaimana para redaksi membuat berita dengan fungsi gatekeeping-nya di tengah peredaran informasi yang terus bersliweran di tengah kita dan masyarakat? Gatekeeping alias “penjaga pintu” bagi jurnalisme kian problematik atau bahkan diangggap kuno. Karena kini ada banyak kanal sumber informasi yang bisa di akses public. Ketika jurnalisme butuh waktu bertugas sebagai Gatekeeping (konfirmasi dan Klarifikasi), media sosial menyalip menjadi “media penerbit” pertama kali. Inilah yang menjadi tantangan jumalisme sekaligus pintu masuk munculnya pakar dadakan. Ditengah kondisi inl Jurnalis menjadi penjaga pintu di ruangan yang tak berdinding.

Maka dari itu media membuat budaya baru. Teknologi komunikasi membawa dampak pada budaya dan masyarakat. perubahan dalam teknologi komunikasi menghasilkan perubahan yg mendalam, baik dalam tatanan budaya maupun sosial. Kemunculan teknologi baru membawa perubahan baru dapat mengganggu stabilitas pemain lama, mengganggu kenyamanan yg sudah ada.

Posting Komentar

0 Komentar